Pages

Tetap kokoh Islam walau sekeliling Non muslim

Kamis, 26 Juli 2012
Iman itu kadang bagaikan DNA. Kemanapun pemiliknya pergi tak akan berubah. Itulah sekelumit perjalanan hidup Dubes RI Untuk China, Imron Cotan. Walau sejak kecil hidup di lingkungan non-muslim, iman Islamnya tak pernah luntur. Tetap istiqomah di jalan Ilahi.

Dubes yang suka berpakaian rapi ini secara jujur mengatakan bahwa di masa kecil, kedua orang tuanya tergolong papa dengan 9 anak yang semua memerlukan gizi dan pendidikan. Oleh karena keadaan itu, mulai masa SMP di awal 1970-an, ia diserahkan kepada keluarga adik ibunya di Sabang yang berbeda agama dan terpandang di masyarakat.

Rupanya, sang paman dan tante memperlakukan Imron dengan sangat baik, seperti anaknya sendiri. Hal yang tidak pernah disentuh keluarga ini adalah soal keimanan. Imron kecil tetap dibiarkan untuk salat dan mengaji di pesantren dan madrasah. Bahkan, buku-buku agama juga disediakan dengan lengkap.

Di sisi lain, Imron kecil bagaikan kakak dari anak-anak tantenya. Selain menyayangi, ia membantu belajar dan mengantarkan mereka ke sekolah. Tidak hanya itu, pada saat hari minggu ke gereja, Imron juga mengantar dan menjemput. Pokoknya, keluar hingga pulang ke rumah harus selamat.

Uniknya lagi, justru Imron kecillah yang mengajari "adik-adiknya" tentang bagaimana cara menerima komunikasi yang baik. Mulai bagaimana menjulurkan lidah hingga menelannya. Tidak hanya itu, Imron juga pernah main tonil dalam rangka natalan. Biasanya, ia menjadi tokoh majusi yang tugasnya mencari bintang. "Saking seringnya ke gereja, saya sampai saat ini masih hafal fasih tata cara dan ucapan ibadah umat Katolik," ujarnya di sela-sela kesibukannya di Beijing, Jumat (27/07/2012).

Di sisi lain, meski tinggal di keluarga non-muslim, Imron mengaku tidak pernah makan barang haram seperti babi. Keluarga sang tante yang bermarga Siregar itu selalu menyuguhkan makanan halal. Tidak hanya itu, sampai masa kuliah, Imron mendapat dukungan penuh dari keluarga tante tanpa harus memberikan konsesi apapun, kecuali saling mengasihi.

Selepas kuliah dan menjadi diplomat, Imron muda selalu ditempatkan oleh kantornya di negeri-negeri yang mayoritas masyarakatnya tidak muslim. Diantaranya tinggal 10 tahun di Jenewa. Kala itu, tantangan terbesar baginya hanya satu: memberikan pendidikan Islam yang pas bagi putra putrinya.

Salah satu cara yang ditempuh untuk menggembleng iman anak-anak yaitu dengan memberi contoh secara kongkrit. Mulai membaca doa sebelum makan hingga salat berjamaah. Selain itu, mendatangkan guru ngaji yang tidak hanya mengajarkan Islam secara teksbook namun memberikan pemahaman secara rasional. Selama dinas di dalam negeri, anak-anak terus dijejali pengetahuan agama semaksimal mungkin.

"Anak-anak saya insya Allah masih menjalankan ibadah dengan baik bahkan diantaranya malah cenderung ketat. Anak pertama di Sidney kawin dengan muslim Prancis, kedua tinggal di Canberra dan yang ketiga masih sama saya," katanya.

Sampai saat ini sang Dubes tetap istiqomah dengan imannya. Islam diaku sebagai DNA-nya. Bahkan di antara teman-temannya, mantan Sekjen Kemlu ini termasuk orang yang dianggap patuh agama. Salat lima waktu nyaris tidak bolong, haji ditunaikan, bahkan umrah dengan keluarga sudah dua kali.

Bagi Dubes Imron Cotan, Ramadan merupakan momentum tepat bagi peningkatan silaturahmi di antara staf dan masyarakat Indonesia, khususnya di Beijing. Karenanya, di KBRI dilaksanakan tarawih setiap hari dengan kultum secara bergantian. Di akhir puasa, akan diadakan salat Ied dan silaturahmi.

Dalam pemahaman Pak Dubes ini, Islam itu memiliki aneka warna yang indah yang tidak perlu diseragamkan, apalagi melalui pemaksaan. Perbedaan sudah merupakan sunnatullah. Justru hanya dengan satu warna saja maka akan timbul kejenuhan. Adapun cara terbaik dalam menyikapi perbedaan adalah berdialog dengan hati dan pikiran yang terbuka.

"Kalau itu semua bisa dilaksanakan. Bisa jadi, kita ini adalah khalifatullah fil ardi sebagaimana tercantum dalam kitab suci dan agama Islam menjadi rahmatan lil alamin," ujarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar